Beberapa kejadian baru-baru ini di Italia selatan telah membuat negara tersebut waspada terhadap kekuatan daya tarik yang, pada abad ke-21, dihasilkan oleh mafia pada sebagian masa remaja. Kematian tragis anak di bawah umur, seperti yang terjadi beberapa minggu terakhir di Naples, merupakan puncak gunung es dari realitas sehari-hari berupa ketidakhadiran di sekolah dan kekerasan remaja. Kurangnya perspektif masa depan, dalam beberapa kasus, memicu fenomena ini. Sayangnya, hal ini sangat kita ketahui di Spanyol, dengan wilayah seperti Campo de Gibraltar, di mana perdagangan narkoba terkadang dipandang sebagai solusi terhadap masalah pengangguran. Namun ada juga unsur budaya yang tidak mungkin diabaikan.
Ketertarikan geng terhadap sebagian anak muda atau kesuksesan serial seperti yang menceritakan kehidupan Pablo Escobar seharusnya memicu perdebatan serius tentang apa yang tersembunyi di balik usulan tersebut. Ini adalah pemuliaan terhadap pemimpin yang kuat yang mendapatkan apa yang diinginkannya, wanita, mobil, atau uang, tanpa berhenti memikirkan cara untuk mencapainya. Tanpa bermaksud menggeneralisasi, tren serupa juga ditemukan dalam “musik urban” atau dalam pidato beberapa YouTuber sukses, dengan pesan materialisme dan hedonisme yang blak-blakan. Namun, tidaklah mungkin untuk berbicara dengan benar tentang subkultur anak muda. Perlu disadari bahwa nilai-nilai tersebut dinormalisasi dalam lingkungan tempat anak-anak dan remaja kita tumbuh saat ini. Kita sedang menghadapi tantangan pendidikan yang sangat besar, karena seperti yang dikatakan Santo Agustinus, “manusia selalu menjadi pemenang yang menarik”.