Berlin [Germany]7 November (ANI): Pada hari terakhir kunjungan mereka ke Berlin, dua anggota parlemen Tibet, Yudun Okatsang dan Tsering Lamu, mengadakan pengarahan penting tentang situasi di Tibet di ruang komite Parlemen Jerman di Gedung Paul Loeb.
Acara ini dihadiri oleh banyak Anggota Parlemen Jerman terkemuka, yang memberikan platform penting untuk mengatasi pelanggaran hak asasi manusia yang sedang berlangsung di Tibet dan memobilisasi dukungan internasional untuk perjuangan Tibet.
Baca juga | Kejutan di Pennsylvania: Seorang pria secara brutal menikam pacarnya sampai mati karena tidak menyukai potongan rambutnya, melukai orang lain; Ditangkap.
Selama konferensi pers, kedua perwakilan Tibet memberikan presentasi singkat mengenai situasi mengerikan di Tibet, menyoroti kebijakan genosida Tiongkok yang bertujuan menghilangkan identitas, budaya, dan agama Tibet.
Kekhawatiran besar muncul mengenai pemerintah Tiongkok yang mendirikan sekolah berasrama yang dikendalikan negara, menutup sekolah swasta dan biara-biara Tibet, dan menghancurkan biara-biara dengan kedok pembangunan.
Baca juga | Serangan terhadap umat Hindu di Chittagong: India mengutuk tindakan keras baru-baru ini terhadap umat Hindu, mendesak keselamatan masyarakat di Bangladesh.
Permohonan khusus telah diajukan kepada anggota parlemen Jerman untuk mengeluarkan deklarasi resmi yang menegaskan otoritas tunggal Dalai Lama dalam menentukan reinkarnasinya, terutama menjelang ulang tahunnya yang ke-90.
Para perwakilan tersebut menekankan bahwa deklarasi tersebut akan mengirimkan pesan yang kuat dan terpadu kepada pemerintah Tiongkok, menekankan perlunya menghormati kemerdekaan beragama orang Tibet dan menahan diri untuk tidak mencampuri praktik spiritual mereka.
Masalah Tibet melibatkan permasalahan politik, budaya dan hak asasi manusia yang kompleks terkait dengan Tibet, sebuah wilayah yang terkenal dengan warisan budaya dan tradisi spiritualnya yang unik.
Setelah invasi Tiongkok ke Tibet pada tahun 1950, wilayah tersebut dimasukkan ke dalam Republik Rakyat Tiongkok, yang mengakibatkan perubahan besar pada pemerintahan, masyarakat, dan cara hidup. Banyak warga Tibet, termasuk Dalai Lama, telah lama menginginkan otonomi yang lebih besar, didorong oleh kekhawatiran akan erosi budaya, penindasan agama, dan meluasnya pelanggaran hak asasi manusia.
Namun, pemerintah Tiongkok bersikeras bahwa Tibet adalah bagian integral dari Tiongkok, dan mendasarkan kebijakannya pada pembangunan ekonomi dan modernisasi di wilayah tersebut. Posisi ini telah menimbulkan perdebatan dan aktivisme internasional, dengan banyak orang yang menganjurkan pelestarian budaya Tibet dan perlindungan hak-hak rakyatnya. Akibatnya, Tibet tetap menjadi isu yang sangat sensitif dalam diplomasi global dan wacana hak asasi manusia. (itu saya)
(Ini adalah cerita yang belum diedit dan dibuat secara otomatis dari umpan berita tersindikasi; staf saat ini mungkin tidak mengubah atau mengedit teks tersebut)