Pengalaman tinggal di negara lain merupakan sebuah perjalanan yang penuh dengan penemuan dan, bagi Corey, warga Australia yang menjadikan Spanyol sebagai rumahnya, perjalanan ini memiliki nuansa linguistik yang khas. Di video TikTok Andaberbagi petualangan adaptasi budayanya, dengan fokus pada kenyataan yang dihadapi banyak orang asing ketika mempelajari bahasa baru: benturan antara apa yang diajarkan dan apa yang sebenarnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu penemuannya yang paling mengejutkan adalah, meskipun telah mempelajari “adiós” sebagai salah satu kata pertama dalam bahasa Spanyol, ia tidak pernah menggunakannya. Corey menjelaskan bahwa meskipun dia berbicara bahasa Spanyol setiap hari, kata “selamat tinggal” hampir menjadi istilah usang dalam kosa katanya.
Bagi banyak orang yang mulai belajar bahasa Spanyol, “adiós” adalah salah satu kata pertama yang mereka pelajari, karena merupakan cara dasar untuk mengucapkan selamat tinggal. Namun, dalam budaya Spanyol, kekayaan salam dan perpisahan jauh melampaui istilah sederhana ini. Sebaliknya, Corey mengadopsi ekspresi yang lebih informal dan akrab yang mencerminkan budaya dan konteks tempat tinggalnya.
Salah satu alasan Corey menghindari penggunaan kata “selamat tinggal” adalah karena, di Spanyol, selamat tinggal sering kali lebih merupakan ritual sosial daripada ungkapan sederhana. Alih-alih mengucapkan selamat tinggal yang dingin, frasa seperti “sampai jumpa lagi”, “sampai nanti” atau “sampai jumpa lagi” digunakan. Ungkapan-ungkapan ini tidak hanya menunjukkan bahwa percakapan telah selesai, namun juga menyampaikan hubungan yang lebih hangat dan pribadi.
Seorang Australia di Spanyol
Dengan menggunakan formula tersebut, Corey merasa lebih menyatu dengan budaya lokal, menunjukkan apresiasinya terhadap seluk-beluk bahasa dan hubungan interpersonal di Spanyol. Detail kecil ini mencerminkan fenomena yang lebih luas dalam proses adaptasi budaya.
Saat mempelajari suatu bahasa, kita sering kali mempelajari dasar-dasarnya, namun penguasaan sejati datang dari pengalaman bahasa dalam konteksnya. Corey menunjukkan bahwa nuansa, kata-kata dan frasa yang digunakan dalam situasi sehari-hari inilah yang benar-benar membantu orang asing terhubung dengan budayanya. Cara orang mengucapkan selamat tinggal dan menyapa satu sama lain di Spanyol adalah contoh sempurna bagaimana bahasa merupakan cerminan budaya.
Selain itu, fakta bahwa Corey tidak pernah menggunakan kata “selamat tinggal” juga menyoroti bagaimana bahasa beradaptasi dengan pengalaman pribadi dan identitas budaya yang berkembang. Saat Anda semakin tenggelam dalam kehidupan bahasa Spanyol, cara Anda berkomunikasi akan menyesuaikan dan berubah, mengintegrasikan nuansa yang sebelumnya tidak ada dalam kosakata Anda.
Evolusi ini tidak hanya terbatas pada bahasa, tetapi juga mempengaruhi cara mereka memandang dunia dan hubungan yang mereka jalin di rumah baru. Pengalaman Corey mengingatkan kita bahwa mempelajari suatu bahasa lebih dari sekedar tata bahasa dan kosa kata; ini tentang memahami dan menerima budaya yang menyertainya.
Kenapa kamu tidak pernah menggunakan kata pertama?
Kisahnya mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kata-kata pertama yang kita pelajari mungkin bukan kata-kata yang sebenarnya kita gunakan sehari-hari. Daripada mengikuti apa yang diajarkan di kelas, Corey memilih untuk menyerap budaya Spanyol dan beradaptasi dengan cara yang otentik.
Kesimpulannya, anekdot Corey tentang mengapa dia tidak pernah menggunakan kata “selamat tinggal” adalah mikrokosmos dari pengalaman ekspatriat dalam menjelajahi bahasa dan budaya baru. Melalui kisahnya, kita dapat mengapresiasi pentingnya beradaptasi dan belajar secara holistik, tidak hanya melalui buku, namun juga melalui interaksi sehari-hari dan hubungan emosional dengan masyarakat.