Penelitian telah mengungkapkan bahwa fenomena El Niño akan menyebabkan rekor suhu global pada tahun 2023

Suhu global pada tahun 2023 akan meningkat ke tingkat yang tidak terduga, sehingga meningkatkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan iklim. Dengan peningkatan sekitar 0,3 derajat Celcius dibandingkan tahun sebelumnya, kenaikan signifikan tersebut awalnya membingungkan para ahli. James Hansen, ilmuwan iklim terkenal, berpendapat bahwa hal ini mungkin menandai dimulainya fase baru pemanasan global, yang dipercepat oleh penurunan polusi udara. Gavin Schmidt, direktur Institut Studi Luar Angkasa Goddard NASA, menyatakan bahwa peningkatan yang tidak biasa ini mungkin mengungkapkan kesenjangan dalam pemahaman kita tentang mekanisme umpan balik iklim.

El Niño merupakan kontributor utama

Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa perubahan kondisi tropis Pasifik, termasuk peralihan dari La Niña ke El Niño kuat, mungkin menjadi kunci untuk menjelaskan anomali ini. El Niño telah lama dikenal karena kemampuannya mengganggu pola iklim global. Selama La Niña, angin pasat mendorong air hangat menuju Indonesia, sehingga air dingin dan dalam muncul di Samudera Pasifik bagian timur, sehingga menyebabkan suhu global turun.

Pada gilirannya, El Niño mendorong air hangat kembali ke arah timur, sehingga secara efektif mematikan “penyejuk udara” laut. Studi yang dilakukan oleh Shiv Priyam Raguraman di Universitas Illinois Urbana-Champaign menunjukkan bahwa berakhirnya La Niña yang panjang, ditambah dengan dimulainya El Niño yang kuat, bertanggung jawab atas kenaikan suhu pada tahun 2023.

Fenomena yang jarang terjadi namun mungkin terjadi

Tim menganalisis simulasi model iklim selama 58.021 tahun untuk memahami seberapa sering peningkatan tersebut terjadi. mereka Ditemukan Peningkatan suhu yang besar setelah El Niño jarang terjadi, hanya terjadi pada 1,6% kasus. Namun, jika didahului oleh La Niña yang panjang, kemungkinan kenaikan tersebut meningkat menjadi 10,3%.

Temuan mereka konsisten dengan penelitian lain, yang ditulis bersama oleh Marianne Tronstad Lund dari Pusat Penelitian Iklim dan Lingkungan Internasional Norwegia, yang menyoroti bahwa lautan global, meskipun lebih hangat pada tahun 2023, tidak lebih panas secara signifikan dibandingkan saat peristiwa El Niño di masa lalu .

Perdebatan iklim sedang berlangsung

Meskipun El Niño dipandang sebagai penyebab utama rekor suhu panas pada tahun 2023, para ilmuwan seperti Schmidt tetap berhati-hati. Kecepatan dan durasi pemanasan telah melampaui pola El Niño pada umumnya, dengan panas yang terus berlanjut seiring Bumi menuju La Niña berikutnya.

Selain itu, peningkatan sinar matahari yang terdeteksi oleh satelit, mungkin karena berkurangnya tutupan awan atau reflektifitas permukaan, menimbulkan lebih banyak pertanyaan. Untuk saat ini, El Niño tampaknya menjadi penyebab paling mungkin, namun perdebatan iklim yang lebih luas terus berlanjut.

Sumber