Satelit India AstroSat dan observatorium luar angkasa NASA berkolaborasi untuk mengungkap misteri lubang hitam

Sebuah peristiwa astronomi besar telah terjadi, mengungkap interaksi kuat antara lubang hitam masif dan lingkungan sekitarnya. Para peneliti dari NASA dan ISRO India menggunakan beberapa observatorium luar angkasa, termasuk Chandra, Hubble Space Telescope (HST), Neutron Star Interior Composition Explorer (NICER), Swift Observatory, dan Astrosat India, untuk mengamati dampak kehancuran bintang oleh a lubang hitam. Studi ini mengungkap hubungan penting antara fenomena kosmik yang sebelumnya tidak berhubungan.

Peristiwa gangguan pasang surut dan akibat yang ditimbulkannya

Pada tahun 2019, para astronom menemukan hancurnya sebuah bintang yang berada terlalu dekat dengan lubang hitam, sehingga mengakibatkan peristiwa gangguan pasang surut (TDE). Sisa-sisa bintang membentuk piringan puing yang mengembang, yang seiring waktu mulai berinteraksi dengan bintang lain yang mengorbit atau mungkin lubang hitam yang lebih kecil. Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) mengatakan dalam sebuah laporan bahwa interaksi ini menyebabkan munculnya semburan sinar-X secara teratur, yang terjadi kira-kira setiap 48 jam ketika bintang yang mengorbit bertabrakan dengan piringan puing-puing. siaran pers. Matt Nicholl, ahli astrofisika di Queen’s University Belfast, mencatat bahwa skenario ini mirip dengan seorang penyelam yang memasuki kolam renang, menghasilkan cipratan air setiap kali masuk.

Menghubungkan TDE dan ledakan kuasi-periodik

mantan studi Dia mengidentifikasi beberapa peristiwa gangguan pasang surut, namun hubungan antara TDE dan fenomena kosmik baru yang disebut ledakan kuasi-periodik (QPE) masih bersifat spekulatif. Rekan penulis Dheeraj Basham, yang berafiliasi dengan MIT, mencatat pentingnya penemuan ini dalam menghubungkan peristiwa-peristiwa ini.

Terobosan observasi dengan AstroSat

TDE, bernama AT2019qiz, awalnya diamati di Fasilitas Transit Zwicky di Observatorium Palomar. Studi lanjutan dengan observatorium NASA mengungkapkan bahwa piringan puing-puing tersebut telah tumbuh begitu besar, memungkinkan objek apa pun yang mengorbitnya selama seminggu untuk bertabrakan dengannya. Para peneliti, termasuk Gulab Dewanjan dari Pusat Astronomi dan Astrofisika Antar Universitas (IUCAA) di Pune, mengakui kemampuan unik AstroSat dalam berkontribusi pada penelitian ini.

Implikasi untuk penelitian masa depan

Hasilnya menunjukkan bahwa para peneliti harus memberikan waktu agar piringan puing-puing tersebut mengembang secukupnya sebelum mengamati ledakan. Wawasan ini dapat membantu pencarian QPE tambahan yang terkait dengan gangguan pasang surut, yang dapat meningkatkan pemahaman kita tentang lingkungan di sekitar lubang hitam supermasif.

(Kecuali judulnya, cerita ini belum diedit oleh staf NDTV dan diterbitkan dari siaran pers)

Sumber