Misi surya Aditya-L1 mengungkap temuan penting pertama tentang jilatan api matahari

Para ilmuwan India telah mencapai tonggak sejarah besar dalam penelitian energi surya, dengan melaporkan hasil besar pertama dari Visible Emission Line Coronagraph (VELC) yang dibawa dalam misi Aditya-L1 India. Misi surya, yang diluncurkan oleh Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) pada September 2023, adalah proyek observasi surya khusus pertama di India yang terletak di titik Lagrange 1 (L1). Pencapaian ini merupakan langkah mendasar untuk memahami aktivitas magnetik Matahari dan dampaknya terhadap cuaca luar angkasa.

Detail peristiwa matahari pertama yang diamati

Para ilmuwan dari Institut Astrofisika India (IIA) di Bengaluru melaporkan bahwa mereka telah mampu menentukan dengan tepat permulaan lontaran massa korona (CME) pada 16 Juli menggunakan instrumen VELC. Ini merupakan pencapaian besar dari misi tersebut. Profesor R Ramesh, profesor senior di IIA dan peneliti utama muatan VELC, menegaskan bahwa ini adalah hasil ilmiah pertama dari misi surya ISRO. Menurut banyak LaporanTim tersebut memantau dengan cermat lontaran koronal yang terbentuk di dekat permukaan Matahari dan memperoleh wawasan tentang corona Matahari, yang dapat membantu dalam pemodelan jilatan api matahari.

Pendekatan baru untuk pengamatan matahari

VELC, yang dirancang dan dikembangkan secara unik oleh IIA bekerja sama dengan ISRO, saat ini merupakan satu-satunya coronagraph aktif di luar angkasa yang mampu mengamati corona di dekat permukaan Matahari. Tidak seperti kebanyakan instrumen yang mendeteksi lontaran massa koronal setelah menjauh dari Matahari, VELC memungkinkan para ilmuwan mengamati ledakan tersebut langsung dari tahap awalnya. Pengamatan spektroskopi yang dilakukan oleh VELC memberikan peluang baru untuk menganalisis dinamika ejeksi koronal dengan detail yang belum pernah terjadi sebelumnya, kata Dr V Muthupriyal, ahli astrofisika di IIA.

Pengaruh siklus matahari dan prospek penelitian di masa depan

Saat Matahari mendekati titik maksimum Matahari selama siklus aktivitas 11 tahunnya, frekuensi lontaran koronal diperkirakan akan meningkat secara dramatis. Pemantauan berkelanjutan terhadap kejadian matahari sangat penting untuk memahami cuaca luar angkasa, yang dapat berdampak pada komunikasi satelit dan teknologi berbasis luar angkasa lainnya. Menurut Profesor Ramesh, data yang dikumpulkan akan sangat penting untuk mengembangkan model prediksi di masa depan, dengan fase siklus matahari saat ini yang semakin intensif 25. Aditya-L1 siap mengumpulkan data berharga yang akan mendukung para ilmuwan dalam memprediksi aktivitas matahari dan memitigasi dampaknya terhadap cuaca luar angkasa.

Sumber