Ulasan Jo Tera Hai Woh Mera Hai: Sebuah komedi ringan tentang keserakahan yang menjauhi kedalaman

Ketika Emily Dickinson menulis “The Heart Wills What It Wills,” banyak dari kita yang menyentuh hati kita. Seperti yang dikatakan Dickinson, keinginan dan obsesi manusia seringkali berada di luar nalar dan logika. Film orisinal terbaru JioCinema, Jo Tera Hai Wo Mera Hai, dibuat dengan konsep yang sama. Film ini bercerita tentang seorang pria bernama Mitesh (Amit Syal), yang hatinya telah tertuju pada Utsav, sebuah bungalo menawan di Mumbai, selama bertahun-tahun. Layaknya seorang remaja yang sedang jatuh cinta, ia terus melihat-lihat foto vila di ponselnya, melamun, dan tidak keberatan menghambat lalu lintas hanya untuk sejenak mengagumi vila dengan segala kemegahannya.

Satu-satunya kendala yang menghalangi rumah impian masa kecilnya adalah Govinda (Paresh Rawal), pemilik Utsav yang selalu eksentrik, yang mengusir pengunjung yang tidak diinginkan dan tinggal bersama pembantu rumah tangganya di vila. Dia sangat menyadari daya tarik tempat itu, dan tidak tahan melihat para pialang menunggu di dekatnya, menunggu persetujuannya untuk menjual tempat itu. Sebuah tanda di luar vilanya bertuliskan: “Penyusup akan dibunuh.” Govinda yang selalu terlihat mengenakan khadi kurta dengan rambut acak-acakan merupakan sosok yang sulit dipatahkan.

Namun, ketika obsesi Mitch mengambil alih, dia memutuskan untuk memaksakan diri memasuki kehidupan Govinda yang terluka parah. Idenya adalah mengikuti lelaki tua itu, membangun hubungan dengannya secara strategis, mendapatkan kepercayaannya, dan akhirnya meyakinkan atau mengelabui dia (mana yang paling cocok untuknya saat ini) agar menyerahkan vila tersebut.

Berikut ini adalah serangkaian upaya komedi untuk menyelesaikan tugas sulit ini. Mitesh rela melakukan apa pun demi vila tersebut, meskipun itu berarti harus berurusan dengan penjahat berbahaya atau melewatkan pesta ulang tahun putranya karenanya. Menjadi orang yang suka berbuat jahat, berbohong, berjudi dan berbuat curang, hal ini bukanlah perubahan moral yang bersifat sementara baginya.

Penggambaran Syal sebagai Mitch sangat mengesankan dan membuat suasana film tetap ringan. Dari ekspresi dan bahasa tubuh hingga waktu komedi, Sial bersinar dalam peran ini. Dia bahkan berhasil memberikan sentuhan kepolosan pada Mitesh, yang merupakan anak laki-laki yang cacat.

Namun, Paresh Rawal-lah yang mencuri perhatian saya. Aktor veteran ini sekali lagi menampilkan penampilan luar biasa, menambah beragam perannya. Keeksentrikan, ketidakamanan, dan keanehan karakternya bergema di layar. Dalam satu adegan, dia mencurigai niat Mitch namun memilih mengabaikannya karena perhatian penuh yang dia dapatkan setelah sekian lama.

Namun sangat disayangkan naskah tersebut memberikan ruang yang sangat terbatas bagi Rawal dan Sial untuk bersinar. Meskipun para aktor memanfaatkan apa yang diberikan kepada mereka, film ini gagal memanfaatkannya secara maksimal. Saya berharap film ini akan mengeksplorasi kesepian Govinda dan menyentuh kenangannya tentang mendiang putranya, yang terus-menerus dibicarakan dalam film tersebut.

Jo Tera Hai Wo Mera Hai pada dasarnya mencoba menunjukkan keserakahan yang ada di mana-mana tanpa memandang usia, kelas, atau gender. Meski dengan gaya komedinya, ia berhasil menunjukkan betapa keserakahan seringkali membuat seseorang menggali kuburnya sendiri. Hampir semua karakter dalam film memiliki keserakahan terhadap sesuatu. Bagi sebagian orang itu adalah uang dan aset, bagi yang lain itu adalah nafsu dan persahabatan.

Meskipun Jo Tera Hai Woh Mera Hai berupaya jujur ​​untuk menunjukkan dalamnya keserakahan, namun nadanya terlalu sederhana sehingga menutupi kenyataan dunia yang lebih keras. Seandainya dia tidak memperhalus gambarannya dan malah mencoba menyindirnya, film tersebut tidak akan tampak seperti cerita pengantar tidur yang berkhotbah tentang imoralitas keserakahan.

Film Raj Trivedi bisa menjadi pilihan tepat ketika Anda mencari sesuatu yang ringan dan sederhana. Pelajaran moralitasnya mungkin cocok untuk audiens yang lebih muda, tetapi jika Anda mencari sesuatu yang lebih mendalam secara emosional, atau bahkan sekadar tawa, kami sarankan Anda melewatkan pelajaran ini.

Peringkat: 6/10

Sumber