Pemerintah Kogi meminta bantuan setelah banjir menggenangi 200 komunitas dan membuat lebih dari dua juta orang mengungsi

Pemerintah Negara Bagian Kogi telah meminta bantuan setelah banjir dahsyat menggenangi lebih dari 200 komunitas dan membuat lebih dari dua juta penduduk di seluruh negara bagian mengungsi.

Hal ini diungkapkan oleh Komisioner Informasi dan Komunikasi Negara, Hon. Kingsley Fanwo, saat berkunjung ke Kotunkarvi di Kawasan Pemerintahan Daerah Kugi, Senin.

Fanwo menggambarkan situasi ini sebagai “krisis kemanusiaan” dan mendesak pemerintah federal dan lembaga donor internasional untuk merespons dengan cepat guna meringankan kesulitan yang dihadapi oleh mereka yang terkena dampak.

Menurut dia, banjir menyebabkan kerusakan di sembilan wilayah pemerintahan daerah, antara lain Kogi, Lokoja, Adavi, Ofo, Ajaokuta, Idah, Ibaji, Igalamela, dan Omala.

“NEMA tidak bisa menunggu lebih lama lagi, karena negaranya sudah terbebani.

Bencana banjir di sini sangat menghancurkan dan lebih dari 200 komunitas telah terendam banjir dan hampir dua juta orang mengungsi,” kata Fano.

Komisaris tersebut menjelaskan bahwa pemerintah negara bagian membuka 68 kamp bagi para pengungsi untuk menampung para korban.

Dia menyatakan bahwa kamp-kamp tersebut tidak cukup untuk menampung sejumlah besar pengungsi. Terungkap juga bahwa infrastruktur penting, termasuk sekolah dan rumah sakit, telah hancur, sehingga memperburuk situasi yang mengerikan.

“Saat ini, sembilan dari 21 wilayah pemerintahan daerah di negara bagian tersebut terkena dampaknya, yaitu sekitar 50% dari jumlah wilayah pemerintah daerah.

“Kami telah membuka sekitar 68 kamp untuk pengungsi internal, namun mereka tidak dapat menampung populasi yang besar ini. Sekolah, rumah sakit dan infrastruktur lainnya telah hancur total,” kata Fanwo.

Fano mencatat bahwa mandat yang diberikan sangat melelahkan dan menekankan perlunya intervensi segera dari Badan Manajemen Darurat Nasional (NEMA), LSM, dan badan amal.

Ia mengatakan meskipun peringatan dini dan kesadaran masyarakat membantu mencegah jatuhnya korban, kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia masih berada dalam tekanan.

Komisaris tersebut menambahkan bahwa pemerintah negara bagian telah membentuk tim tanggap bencana banjir di bawah kepemimpinan Wakil Gubernur untuk mengoordinasikan upaya bantuan dan memberikan dukungan kepada para korban.

Sumber