Pengacara Nsiru Aliyu Dan Tsoho, Komisaris Negara Bagian Sokoto untuk Pertanahan, Perumahan, Survei dan Perencanaan Kota, mengecam kinerja buruk pemerintahan Gubernur sebelumnya Aminu Waziri Tambuwal, dengan mengatakan bahwa pemerintah telah membuat negara bagian ini mundur.
Dan Tsoho, dalam wawancara dengan wartawan pada hari Selasa, mengatakan delapan tahun pemerintahan Tambuwal tidak membawa kemajuan demokratis bagi masyarakat di negara bagian tersebut.
Dia mengatakan Tambuwal tidak boleh menjadi ketua pemerintahan daerah apalagi gubernur atau presiden Republik Federal Nigeria.
Komisaris mengatakan Tambuwal tidak adil terhadap masyarakat Negara Bagian Sokoto dengan tidak meninggalkan catatan untuk memandu pemerintahan baru.
Dia mengungkapkan bahwa pemerintahan Ahmed Aliyu membuang-buang waktu yang berharga untuk mencoba memahami aktivitas pendahulunya, karena tidak adanya dokumentasi.
Menurutnya, ketidakhadiran dan kelalaian Tambuwal karena ambisinya sebagai presiden menimbulkan tantangan bagi negara, mengingat Negara Bagian Sokoto adalah titik awal tetapi ia gagal total untuk melaksanakannya.
“Mereka yang ingin melihat gambaran nyata Aminu Waziri Tambuwal harus datang ke Negara Bagian Sokoto. Kami akan mengajaknya berkeliling dan juga menunjukkan kepada mereka fakta, angka, lokasi, dan bahkan suara masyarakat selama delapan tahun penuh bencana sebagai gubernur.
“Siapapun yang ingin melihat jejak kaki Aminu Waziri Tambuwal yang asli harus datang ke Negara Bagian Sokoto. Kami akan mengajaknya berkeliling, bahkan ke kampung halamannya di Tambuwal, di mana dia gagal memenuhi janjinya untuk menggandakan jalan di dalam kota.
“Dia membongkar rumah tanpa membayar kompensasi dan membuka jalan seolah-olah dia serius, tapi seperti biasa dia meninggalkan pembangunan.
“Kesan Aminu Waziri Tambuwal, mantan Ketua DPR, dua periode gubernur Negara Bagian Sokoto dan senator saat ini, berbeda dengan apa yang orang Nigeria lihat dan pikirkan tentang seseorang yang ingin menjadi presiden.
“Jadi kalau dibilang Aminu Tambuwal membuat negara mundur 20 tahun, itu benar. Setiap hari yang diberkati, kantor saya seperti ruang sidang karena kekacauan yang ditinggalkannya.
“Pergi ke Mahkamah Agung negara bagian dan lihat jumlah kasus dari berbagai penugasannya. Ada beberapa kasus yang sudah kami selesaikan, terutama yang bisa didamaikan.
“Isu skandal lainnya adalah alokasi rumah di kawasan perumahan Gedan Salanke yang sudah rampung 70-80 persen.
Namun dia tetap melanjutkan penjatahan rumah tiga bulan sebelum dia meninggalkan jabatannya. Jadi, kami sedang berupaya membereskan kekacauan itu dan kemudian kami berniat mengembalikan uang itu kepada mereka yang tidak bisa ditampung.