Apa yang dikatakan seorang pendeta militer dari Badajoz mengenai situasi di Lebanon: "Kami adalah garis biru tipis"

Hari ini kami menceritakan kepada Anda kisah José Carrasco, yang dikenal sebagai Pepe, pendeta militer di Pangkalan Jenderal Menacho de Botoa, di Badajoz. Dia baru saja kembali dari Lebanon, tempat dia menemani pasukan Spanyol, dan sekembalinya dia membawa kita pada gaung mendalam tentang realitas yang dialami negara ini dan tempat-tempat lain di Timur Tengah. Selama ini beliau mengenal dari dekat situasi umat Kristiani yang tinggal di daerah tersebut yang menandai jiwanya dan ingin beliau bagikan kepada kita semua dalam sebuah wawancara yang dapat anda dengarkan di audio terlampir.

Dengan suara yang kuat dan tenang, namun tentu saja terharu, Pepe menceritakan kepada kami tentang penganiayaan yang dialami oleh umat Kristen di seluruh wilayah di mana mereka dihina dan dianiaya serta hidup di bawah ancaman terus-menerus. Iman, yang selama berabad-abad menjadi mercusuar harapan, kini dibayangi oleh kebencian dan intoleransi.

Ziarah, yang dulunya merupakan tanda persatuan dan pengabdian, telah berkurang drastis. Namun, di tengah kegelapan tersebut, Pepe juga memberikan secercah harapan bagi kita. Tentara Spanyol, yang dikerahkan di wilayah tersebut, baik-baik saja, meski terus menerus saling tembak dan menyerang. Pangkalan militer, meski rawan kekerasan, menawarkan tempat berlindung yang aman bagi rekan-rekan kita. Namun, pengurangan patroli merupakan cerminan situasi tegang di kawasan tersebut.

Pengalaman Pepe, yang ditulis oleh José Carrasco, mengajak kita untuk menyatukan suara kita demi perdamaian dan keadilan. Dan semoga doa dan amal kami selalu menyertaimu.

Sumber