Laporan UNICEF: 69,2% anak-anak di Kano miskin secara multidimensi

Laporan terbaru dari Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengungkapkan bahwa 69,2% anak-anak di Negara Bagian Kano tergolong miskin multidimensi.

Temuan ini dipaparkan oleh Fatima Musa, Pakar Kebijakan Sosial di Kantor Lapangan UNICEF Kano, dalam dialog media yang diadakan di Zaria pada hari Jumat.

Angka yang mengkhawatirkan ini menggarisbawahi betapa parahnya kemiskinan anak di wilayah tersebut, dimana mayoritas anak-anak di Kano menderita kekurangan dalam berbagai aspek kesejahteraan, termasuk pendidikan, layanan kesehatan, nutrisi dan tempat tinggal.

Dialog media, yang bertujuan untuk mengadvokasi kesejahteraan anak-anak, mempertemukan direktur berita dan program dari negara bagian Kano, Katsina dan Jigawa untuk membahas isu-isu mendesak yang mempengaruhi hak-hak anak.

Musa menekankan bahwa selain kemiskinan multidimensi, 59,5% anak-anak berusia 0 hingga 17 tahun di Kano juga menderita kemiskinan finansial, yang menunjukkan bahwa sebagian besar anak menghadapi tantangan besar di berbagai bidang.

“Indeks Kemiskinan Anak Multidimensi (MPI) mengungkapkan kesenjangan yang mencolok antar zona geopolitik di Nigeria,” Musa mengatakan tingkat kemiskinan jauh lebih tinggi di wilayah timur laut dan barat laut, dimana 90% anak-anak dianggap miskin. Sebaliknya, wilayah Tenggara dan Barat Daya mencatat tingkat kemiskinan anak yang relatif lebih rendah, meskipun masih mengkhawatirkan, masing-masing sebesar 74% dan 65,1%.

Menggambarkan skala krisis nasional, Musa mencatat bahwa kejadian MPI pada anak-anak melebihi 50% di seluruh negara bagian Nigeria dan melebihi 95% di negara bagian seperti Bayelsa, Gombe, Sokoto dan Kebbi. Angka-angka ini tidak hanya mencerminkan berkurangnya pendapatan, namun juga terbatasnya akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, layanan kesehatan, air bersih dan perumahan yang aman.

Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (UNCRC) menyatakan bahwa anak-anak, yang didefinisikan sebagai individu yang berusia di bawah 18 tahun, harus mendapat perlindungan dan perawatan khusus oleh negara, keluarga, dan masyarakat. Namun, sebagaimana disampaikan Musa, tingkat kemiskinan anak di Nigeria saat ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan investasi dalam kebijakan dan program yang berpusat pada anak.

UNICEF telah menyerukan peningkatan alokasi anggaran di semua tingkat pemerintahan untuk mengatasi krisis kemiskinan anak yang semakin meningkat. Musa menekankan bahwa intervensi yang ditargetkan, seperti peningkatan akses terhadap pendidikan berkualitas, layanan kesehatan dan jaring pengaman sosial, sangat penting untuk mengatasi akar penyebab kemiskinan anak.

Musa memuji pemerintah negara bagian Katsina dan Kano atas kesediaan mereka untuk melakukan uji coba manfaat universal bagi anak-anak, dan menggambarkan inisiatif ini sebagai langkah yang tepat waktu untuk mengurangi kemiskinan anak dan mendukung keluarga yang rentan.

Sementara itu, Samuel Kalu, Spesialis Komunikasi di Kantor Lapangan UNICEF Kano, mendesak media untuk memprioritaskan liputan isu-isu yang mempengaruhi perempuan dan anak-anak. Ia secara khusus menyoroti prevalensi kekerasan terhadap anak, yang seringkali tidak dilaporkan atau diabaikan, dan menekankan pentingnya kampanye kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pendaftaran sekolah anak-anak dan melindungi hak-hak anak.

Berdasarkan temuan ini, UNICEF terus menyerukan komitmen pemerintah dan tindakan masyarakat yang lebih kuat untuk menjamin masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Nigeria.

Sumber