Festival Film Tokyo memilih Sho Miyake dan Fu Tianyu sebagai pemenang Hadiah Akira Kurosawa

Festival Film Internasional Tokyo telah mengumumkan bahwa sutradara Jepang Sho Miyake dan sutradara Taiwan Fu Tianyu akan menjadi pemenang bersama Penghargaan Akira Kurosawa 2024.

Penghargaan ini mengakui pencapaian dan dampak berkelanjutan dari direktur terpilih. Tahun lalu, penghargaan diberikan kepada Gu Xiaogang dari Tiongkok dan Maury Surya dari Indonesia. Panitia seleksi penghargaan tahun ini terdiri dari Yoji Yamada, Yoko Narahashi, Saburo Kawamoto, dan Direktur Pemrograman TIFF Shozo Ichiyama.

Prestasi Sho antara lain: reproduksi (2012) terpilih untuk bagian kompetisi Festival Film Internasional Locarno dan memenangkan Grand Prix untuk Sutradara Pendatang Baru di Festival Film Takasaki. dan burungmu bisa bernyanyi (2018); kecil, lambat tapi stabil (2022) dan malam yang panjang (2024), dan dua film terakhir dijadwalkan diputar di Berlin.

Fu adalah seorang novelis yang menjadi sutradara film. tempat yang belum pernah aku kunjungidiikuti oleh anak telurku Pada tahun 2016 ia menyutradarai film ketiganya, hari liburmembutuhkan waktu tiga tahun untuk membuatnya.

Festival Film Tokyo akan menayangkan beberapa film favorit Akira Kurosawa yang menjadi nama penghargaan tersebut. Diantaranya, karya Charles Chaplin diktatorkarya Jean-Luc Godard sesak napasmilik Andrey Tarkovsky nostalgiamilik Hou Hsiao-hsien ada waktu untuk hidup dan ada waktu untuk mati dan milik Kurosawa sendiri tujuh samurai.

Festival ini juga mengumumkan bahwa aktor dan sutradara Jepang Takumi Saito akan memimpin TIFF Ethical Film Awards tahun ini, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu sosial dan memperdalam pemahaman tentang keberagaman melalui film. Tahun lalu, 20.000 spesies lebah “Koi no Karasawagi” oleh Estivalis Uresora Soraguren memenangkan penghargaan dan dirilis secara nasional di Jepang.

Selain itu, festival ini akan terus menyelenggarakan simposium internasional tentang pendidikan film sebagai perpanjangan dari TIFF Teens Film Workshop, seperti yang dilakukan tahun lalu. Panelis dari Palestina, Chile, dan Spanyol akan membahas bagaimana pendidikan film dapat berkontribusi kepada masyarakat dalam menghadapi isu-isu sosial yang berkembang seperti perang, kemiskinan, dan pengungsi. Acara tersebut akan diadakan di Arsip Film Nasional pada 2 November.

Sumber